Visual Nusantara – Tren kuliner global di tahun 2025 semakin menunjukkan bahwa makanan tidak hanya menjadi kebutuhan dasar, tetapi juga medium eksplorasi budaya yang unik. Wisatawan kini semakin berani mencoba hidangan-hidangan ekstrem yang dulu dianggap tabu atau menjijikkan.
Menurut laporan UN Tourism 2025, pencarian “extreme local food” meningkat lebih dari 40% dibandingkan 2023, menandakan rasa ingin tahu masyarakat dunia terhadap kuliner otentik dari berbagai negara semakin tinggi.
Di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, makanan ekstrem bukan hanya sekadar sensasi, tetapi bagian dari warisan budaya yang telah dikonsumsi selama ratusan tahun.
Banyak di antaranya muncul dari kondisi sejarah, keterbatasan bahan pangan, hingga kepercayaan tradisional mengenai manfaat kesehatan.
Lembaga seperti Food and Agriculture Organization (FAO) bahkan mencatat bahwa beberapa makanan ekstrem, terutama yang berbasis serangga, kini dianggap sebagai sumber protein masa depan yang berkelanjutan.
Dengan semakin berkembangnya media sosial pada tahun 2025, hidangan yang dulu hanya dikenal secara lokal kini menjadi viral dan diburu para pemburu rasa.
Dari embrio bebek dalam cangkang hingga kantong sperma ikan, berikut adalah deretan makanan ekstrem paling populer di Asia yang mungkin membuatmu bergidik sekaligus penasaran untuk mencoba.
Berikut 13 Makanan Ekstrem yang Paling Populer di Asia
1. Balut – Filipina
Balut merupakan telur bebek atau ayam yang di dalamnya berisi embrio yang hampir berkembang sempurna. Hidangan ini banyak dijumpai di Filipina, Vietnam, Kamboja, hingga Laos.
Meski tampilannya dapat membuat sebagian orang mundur, balut justru menjadi makanan favorit masyarakat setempat berkat rasanya yang gurih dan kaldu lembut di dalamnya.
Balut dikonsumsi dengan cara memecahkan ujung telur, menghirup kaldunya, lalu menyantap bagian embrio yang memiliki tekstur unik—perpaduan lembut dan sedikit renyah. Hidangan ini telah ada sejak 1885 dan diyakini diperkenalkan oleh komunitas Tionghoa yang tinggal di Filipina.
2. Mata Ikan Tuna – Jepang
Di Jepang, mata tuna atau Maguro no Medama adalah salah satu camilan unik yang mudah ditemukan di restoran maupun izakaya. Bentuknya sebesar bola pingpong dengan tekstur kenyal yang menyerupai cumi-cumi.
Bagian sklera yang keras biasanya diproses dengan direbus bersama kecap asin dan mirin.
Setelah dimasak, bagian dalam mata menjadi lunak seperti sumsum tulang dan dapat disedot keluar. Hidangan ini menjadi favorit karena kaya kolagen dan sering dijadikan menu pembuka.
3. Century Egg / Telur Seribu Tahun – Tiongkok
Century egg merupakan telur ayam atau bebek yang diawetkan dalam campuran garam, sekam padi, kapur, hingga tanah liat selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Hasilnya, kuning telur berubah menjadi hijau gelap dan lembut, sementara putih telur menjadi coklat bening menyerupai gelatin.
Di berbagai wilayah seperti Hong Kong, Taiwan, dan Singapura, telur ini disajikan dengan berbagai cara—dari digoreng tepung, dicampur bubur, sampai dijadikan salad khas Tionghoa.
4. Tarantula Goreng – Kamboja
Tarantula goreng atau Aping adalah makanan khas Kamboja yang populer sejak masa kelaparan pada rezim Khmer Rouge di tahun 1970-an. Setelah rezim jatuh, hidangan ini tetap menjadi camilan nasional.
Tarantula dibersihkan dari bulu, direndam dalam bumbu MSG, garam, dan gula, lalu digoreng bersama bawang putih. Teksturnya renyah dengan rasa yang sering dibandingkan dengan kepiting.
5. Anggur Ular – Tiongkok
Anggur ular adalah minuman tradisional yang direndam bersama ular berbisa utuh dalam alkohol beras. Meski menggunakan ular berbisa, etanol menetralkan racunnya sehingga aman dikonsumsi.
Minuman ini dipercaya memiliki manfaat kesehatan dalam pengobatan tradisional Tiongkok, mulai dari meningkatkan stamina hingga membantu sirkulasi darah. Di Vietnam, anggur ular juga dianggap sebagai minuman peningkat vitalitas pria.
6. Sannakji (Gurita Hidup) – Korea Selatan
Sannakji adalah hidangan berupa potongan tentakel gurita kecil yang masih bergerak saat disajikan. Karena masih hidup, tentakelnya tetap menempel sehingga harus dikunyah perlahan agar tidak tersedak.
Biasanya dipadukan dengan minyak wijen dan garam, atau saus cocolan. Walau ekstrem, bagi masyarakat Korea, sannakji adalah makanan umum yang mudah ditemukan di pasar tradisional hingga restoran laut.
7. Jing Leed (Belalang Goreng) – Thailand
Camilan serangga ini terdiri dari belalang yang digoreng dengan bumbu garam, lada, hingga cabai. Sensasinya mirip popcorn tetapi lebih juicy saat digigit.
Jing Leed dianggap sebagai sumber protein murah dan ramah lingkungan. Pada 2025, serangga bahkan dipromosikan FAO sebagai alternatif protein masa depan.
8. Beondegi – Korea Selatan
Beondegi adalah kepompong ulat sutera yang direbus atau dikukus dengan bumbu asin manis. Aromanya khas dan teksturnya renyah di luar namun lembut di dalam.
Beondegi menjadi makanan populer sejak Perang Korea karena menjadi sumber protein yang mudah diperoleh. Kini dijual di pinggir jalan maupun dalam bentuk kalengan.
9. Shirako – Jepang
Shirako adalah kantong sperma ikan—biasanya ikan kod. Wujudnya lembut seperti krim dan dapat disajikan mentah, dipanggang, atau digoreng.
Meski bagi sebagian orang terlihat ekstrem, pecinta shirako menyukai rasanya yang creamy, gurih, dan meleleh di mulut.
10. Baby Mice Wine – China & Korea
Baby mice wine dibuat dengan merendam bayi tikus yang masih hidup ke dalam fermentasi anggur tradisional. Minuman ini dipercaya dapat meningkatkan imunitas, meski rasanya digambarkan sangat menusuk seperti aroma bensin.
Hidangan ini adalah bagian dari tradisi tua di beberapa daerah pedesaan Tiongkok.
11. Paniki Santan – Indonesia
Paniki merupakan hidangan khas Manado yang menggunakan daging kelelawar yang dimasak dengan santan dan cabai. Aroma amis khas kelelawar dinetralkan dengan bumbu pedas.
Masyarakat lokal percaya hidangan ini dapat meningkatkan stamina dan kesehatan pernapasan.
12. Hasma – Tiongkok
Hasma adalah makanan penutup yang berasal dari saluran reproduksi kodok, terutama spesies di daerah Heilongjiang dan Jilin. Bentuknya kering sebelum dimasak dan bisa mengembang hingga 15 kali lipat.
Hasma sering disajikan dalam sup manis bersama pepaya atau jujube. Dalam pengobatan tradisional Tiongkok, bahan ini dipercaya meningkatkan kesehatan kulit dan organ dalam.
Dari serangga hingga organ hewan, makanan ekstrem adalah bagian penting dari sejarah dan budaya kuliner Asia. Sebagian masyarakat menikmati manfaat kesehatan yang diyakini turun-temurun, sementara lainnya mencicipinya demi pengalaman baru. Apakah kamu cukup berani untuk mencoba salah satunya? (AI)
